Bentonit
merupakan sumber daya mineral yang melimpah terdapat di Indonesia. Mineral
bentonit memiliki diameter kurang dari 2mikrometer yang terdiri dari berbagai
macam phyllosilicate yang mengandung
silika, aluminium oksida dan hidroksida yang mengikat air. Struktur bentonit
terdiri dari 3 layer yang tersusun dari
2 layer silika tetrahedral dan satu sentral oktahedral. Diantara lapisan
octahedral dan tetrahedral terdapat kation monovalent maupun bivalent, seperti
Na+, Ca+ dan Mg2+.
Montmorilonit
merupakan penyusun terbesar bentonit yaitu sebesar 85%. Rumus kimia bentonit
adalah (Mg, Ca) xAl2O3. ySiO2. nH2O
dengan nilai n sekitar 8 dan x,y adalah nilai perbandingan antara Al2O3
dan SiO2. Penyusun lainnya yaitu campuran kristobalit, feldspar,
kalsit, gypsum, kaolinit, plagioklas, illit.
Gambar 1. Bentonit
Berdasarkan
daya swellingnya bentonit dibagi menjadi 2, yaitu swelling bentonit dan non-swelling
bentonit.
Swelling Bentonit
Swelling
bentonit atau Na-bentonit
merupakan bentonit yang jika didispersikan dalam air akan mengembang hingga
delapan kali volume awal dan akan terdispersikan cukup lama sehingga susah
untuk disedimentasi. Swelling
bentonit disebut juga Na-bentonit, karena lebih banyak mengandung Na+
pada kation interlayernya. Bentonit ini dapat
mengembang hingga 8-15 kali apabila dicelupkan ke dalam air dantetap
terdispersi beberapa waktu di dalam air. Bentonit jenis ini biasa digunakan
untuk pembuatan pellet besi, penyumbatan kebocoran bendungan dan kolam.
Non-swelling Bentonit
Non-swelling
bentonit atau bentonit kalsium memiliki
daya mengembang yang lebih rendah dibandingkan Na-bentonit. Posisi pertukaran
kation lebih banyak ditempati Ca2+ sehingga non-swelling bentonit
sering juga disebut Ca-bentonit. Ca-bentonit kurang mengembang dibandingkan
Na-bentonit karena ion Ca2+ akan menarik lebih kuat kedua lapisan TOT sementara pada
Na-bentonit ion Na+ kurang menarik kedua lapisan TOT akibat muatan
yang rendah (lihat Gambar 2.8). Grim (1953) menyebutkan bahwa ada tiga faktor
yang mengontrol ekspansi layer
montmorillonite yaitu sifat kation interlayer,
rapat muatan permukaan pada sisi interlayer
(surface Charge density) dan kekuatan solvasi (strength of the solvating/ expanding force)
Gambar 2. swelling dan non swelling bentonit
APLIKASI
BENTONIT
Dalam 10 tahun
terakhir penelitian di bidang nano teknologi terus berkembang di berbagai macam
bidang aplikasi. Dalam pengembangan material polimer juga telah banyak
dilakukan penelitian untuk mengembangkan material nanocomposite, dimana filler
berukuran nano terdispersi ke dalam system matriks polimer. Jenis nanopartikel
yang banyak digunakan sebagai objek penelitian dan sudah diproduksi secara
komersil, terutama untuk bidang polymer-nanocomposite, adalah tanah liat (clay)
atau disebut juga bentonit. Bentonit merupakan sumber daya mineral yang
melimpah terdapat di Indonesia. Mineral bentonit memiliki diameter kurang dari
2 µm yang terdiri dari berbagai macam mineral phyllosilicate yang mengandung
silica, aluminium oksida dan hidrosida yang dapat mengikat air. Bentonit
memiliki struktur 3 layer yang terdiri dari 2 layer silika tetrahedron dan satu
layer sentral octahedral. Cadangan bentonit di Indonesia cukup berlimpah
sebesar ± 380 juta ton merupakan aset potensial yang harus dimanfaatkan
sebaik-baiknya. Penggunaan utama bentonit adalah sebagai lumpur pembilas pada
kegiatan pemboran, pembuatan pelet biji besi, penyumbat kebocoran bendungan dan
kolam. Selain itu digunakan juga dalam industri minyak sawit dan farmasi.
Sementara kalsium bentonit mengandung lebih banyak ion Ca2+ dan Mg2+
dibandingkan dengan ion Na+. Bentonit kalsium kurang menyerap air, akan tetapi
secara alamiah ataupun setelah diaktifkan dengan asam, mempunyai sifat
menghisap yang baik dan tetap terdispersi dalam air. Perbandingan kandungan Na
dan Ca rendah. Posisi pertukaran ion lebih banyak diduduki oleh ion kalsium dan
magnesium. Ca-bentonit dipergunakan sebagai bahan pemucat warna pada proses
pemurnian minyak goreng, katalis pada industri kimia, zat pemutih, zat penyerap
dan sebagai filler pada industri kertas dan polimer.
DAFTAR PUSTAKA
Aji, Setyo.B dan Anjar.
2009. The Role Of a Coal Gasification Fly
Ash as Clay Addive in Building Ceramic. Journal of the European Ceramic
Society 26 (2006) 3783-3787.
Aziz dan Gunawan, O.
2005. Homogenisasi Ukuran Partikel
Bentonit Sebagai Bahan Baku Keramik Dengan Menggunakan Hidroksilon. Jurnal
bahan galian industry, volume 1 nomer 3, Desember 2005.
Ginting, I, Gugun dan
Yayan. 2005. Pembuatan Perangkat Lunak
Analisis Kualitatif Difraksi Sinar X Dengan Metode Hanawalt. Prosiding
seminar Nasional Sains dan Teknik Nuklir P3TKN-BATAN, 14-15 juni 2005.
S. Apiwantrakul, et.
Al., J. Polym. Sci. 95, 85 (2005)
S. Limpanart, S.
Kuthon, P. Taepaiboon, P. Suphapol, T.Srikhirin, W. Udomkichecha, Y.
Boontongkong, Mater. Lett. 59, 2292 (2005).
Sirappa dan Sationo,
A. 2002. Analisis Mineral Lempung Tanah
Regosol Lombak dengan Menggunakan Sinar X dalam Kaitannya dengan Penentuan
Sifat dan Cara Pengelolaan Tanah. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol.3
(2) pp 1-6.
Syuhada, Wijaya, R.,
Jayatin dan Rohman, S., 2008. Modifikasi
Bentonit (Clay) Menjadi Organoclay Dengan Penambahan Surfaktan. Jurnal
Nanosains & Nanoteknologi. Vol. 2 No. 1, Februari 2009.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar