Gas-gas rumah kaca tak dapat terurai dalam waktu singkat.
Kebanyakan gas ini tetap ada dalam bentuknya selama bertahun-tahun, sehingga
berkontribusi terhadap pemanasan global dalam periode waktu yang sangat lama.
Gas-gas rumah kaca memiliki perbedaan dalam tingkat konsentrasi di atmosfer,
periode waktu mereka “berdiam” di atmosfer, dan efisiensi mereka dalam menyerap
dan memantulkan radiasi.
Protokol Kyoto mengatur enam jenis gas-gas rumah kaca,
yaitu karbon dioksida (CO2), metana (CH4), nitrogen oksida (N2O), dan tiga
gas-gas industri yang mengandung fluor (HFC, PFC, dan SF6). Karbon
dioksida adalah 70 persen dari volume total gas-gas rumah kaca ini, disusul
dengan metana, nitrogen oksida, dan sebagainya. Uap air sebetulnya adalah gas
rumah kaca yang paling kuat. Tetapi karena usianya di atmosfer hanya
terbilang beberapa hari, maka potensi pemanasan gl0balnya (global
warming potential, GWP) tidak terlalu berpengaruh.Karbon dioksida dilepaskan oleh pembakaran bahan-bahan hidrokarbon seperti bahan bakar fosil (batubara, minyak bumi, gas alam), atau biomassa (kayu dll.), oleh deforestasi atau kerusakan hutan, atau oleh terlepasnya karbon bawah tanah (sub-soil carbon) oleh rusaknya ekosistem gambut. Hutan menyerap karbon dioksida yang ada di atmosfer untuk kebutuhan fotosintesis. Semakin sedikit hutan, semakin sedikit karbon dioksida yang diserapnya, sehingga semakin banyak pula karbon dioksida yang menebalkan selimut gas-gas rumah kaca di atmosfer. Karbon dioksida tinggal di atmosfer hingga 80 – 120 tahun lamanya. Walaupun demikian, GWP nya tergolong lemah. Tetapi karena jumlahnya paling banyak, maka secara total potensinya besar juga. Karena jumlahnya paling banyak pula, maka karbon dioksida dianggap sebagai gas rumah kaca acuan, dengan angka GWP dianggap satu. GWP gas-gas rumah kaca lainnya adalah perbandingannya dengan karbon dioksida.
Metana dilepaskan oleh membusuknya bahan-bahan organik seperti kayu, sampah perkotaan atau pertanian / perkebunan, serta oleh gas buang atau kotoran makluk hidup. Metana tinggal di atmosfer selama kira-kira 8 tahun, dan memiliki GWP 21 (artinya, setiap molekul metana berpotensi memanaskan bumi 21 kali lipat dari molekul karbon dioksida. Ini adalah perhitungan dengan batasan jangkawaktu 100 tahun). Nitrogen oksida biasanya adalah hasil ikutan dari pembuatan pupuk berbasis nitrogen, tinggal di atmosfer hingga XX tahun, dengan GWP 310. Gas-gas industri yang mengandung fluor (HFC, PFC, dan SF6) diproduksi oleh proses industri, dan tinggal di atmosfer hampir selama-lamanya karena tidak ada penyerap atau penghancur alaminya. SF6 biasanya dipergunakan sebagai gas isolator pada jaringan listrik tegangan tinggi. Walaupun jumlahnya di atmosfer amat sangat sedikit, tetapi GWP dari HFC, PFC, dan SF6 adalah yang paling tinggi, berturut-turut 7,000, 12,200, dan 22,000.
Molekuler gas rumah kaca menyerap sinar infra merah pada rentang panjang gelombang 1000-1000000 nanometer. Gas-gas ini dapat menyerap sinar inframerah dengan melakukan peregangan (stretching) dan pembengkokkan (bending)
Gambar 1. Selby J.E.A., and R.A. McClatchey. (1975) "Atmospheric transmittance from 0.25 to 28.5 mm: Computer code LOWTRAN 3". Air Force Cambridge Research Laboratories, Optical Physics Laboratory Technical Report TR-75-0255.
www.elmhurst.edu/~chm/vchembook/images/irCO2.JPEG
Selby J.E.A., and R.A. McClatchey. (1975) "Atmospheric transmittance from 0.25 to 28.5 mm: Computer code LOWTRAN 3". Air Force Cambridge Research Laboratories, Optical Physics Laboratory Technical Report TR-75-0255.
http://iklimkarbon.com/perubahan-iklim/gas-gas-rumah-kaca/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar